IMF: Konflik Israel-Hamas Dongkrak Inflasi di Eropa

Dana Moneter Internasional (IMF) telah memperingatkan bahwa konflik Israel Hamas dapat meningkatkan inflasi di Eropa. Direktur Departemen IMF untuk Eropa, Alfred Kammer mengatakan inflasi zona euro dapat meningkat secara mengejutkan akibat konflik yang terus berkecamuk di Timur Tengah. “Konflik Israel Gaza telah berdampak pada harga energi, yang dapat meningkatkan inflasi di Eropa secara lebih umum,” kata Kammer.

“Dampak awal terhadap harga minyak kini telah sepenuhnya berbalik. Kami melihat kenaikan harga gas alam sebesar 10 persen. Sejauh ini konflik tersebut memiliki dampak yang terbatas terhadap perekonomian Eropa dalam hal harga dan dampak lebih lanjut akan bergantung pada durasi dan intensitas konflik di Timur Tengah,” sambungnya. Meskipun berpotensi meningkatkan inflasi di Eropa, Kammer memperkirakan resesi teknis tidak akan terjadi khususnya di zona euro. “Kami tidak memperkirakan adanya resesi di zona euro dalam proyeksi kami. Kami melihat pertumbuhan yang datar pada tahun ini dan pemulihan yang kurang baik pada 2024,” ujarnya.

Opini: Inovasi Teknologi Demi Pertumbuhan Ekonomi Masa Depan Sripoku.com Jadwal Tayang Rumah Masa Depan di Bioskop Jakarta pada Hari Ini, 11 Desember 2023 Hasil dan Klasemen Liga Spanyol Girona Coreng Sejarah Barcelona, Sepupu Man City Gusur Real Madrid dari Puncak Bolasport.com

Sosok Steffy Burase, Istri Mantan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf yang Umumkan Cerai karena Buku Nikah Halaman all Tantangan tantangan ini menjadi topik utama dalam Outlook Ekonomi Regional untuk Eropa yang baru saja diterbitkan IMF pada 8 November 2023. “Prospek bagi Eropa adalah soft landing, dengan inflasi menurun secara bertahap. Pertumbuhan di kawasan ini secara keseluruhan diperkirakan akan melambat menjadi 1,3 persen pada 2023 dari 2,7 persen pada tahun lalu, dan meningkat menjadi 1,5 persen pada 2024,” bunyi laporan IMF.

Demikian pula, laporan tersebut juga mengatakan negara negara berkembang di Eropa akan mengalami sedikit pemulihan pada 2024. Namun, tingkat pemulihannya akan bervariasi antar negara, tergantung pada intensitas produksi energi, hingga orientasi sektor jasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *